Pihak kepolisian mendapat pesan singkat dari pelapor. Karena sudah menyebarkan nomor telepon, pihak kepolisian pun mendapat info ada kejadian pencabulan dan ada 4 orang yang membawa 1 orang berobat ke klinik bersalin. “Akhirnya kami kroscek ke salah satu rumah sakit di Bontang, sambil anggota saya juga mengkroscek ke pondok pesantren tersebut namun tidak ada karena sudah dipulangkan,” bebernya.
Atas informasi tersebut, pihak kepolisian pun menjemput korban di wilayah Sangatta dan meminta Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Bontang untuk menangani trauma korban.
Bontang Post pun berupaya menggali lebih dalam atas kasus pencabulan tersebut. Redaksi Bontang Post mendatangi Pondok Pesantren yang dimaksud. Saat itu, ada santriwati yang sempat diwawancarai, Bunga (17) –bukan nama sebenarnya-- yang sudah 4 tahun tinggal di Ponpes tersebut. Bunga berasal dari Sulawesi. Dengan raut wajah seolah ketakutan dan seperti ada yang disembunyikan Bunga hanya menjawab pertanyaan dengan singkat. Bunga mengaku dirinya merasa nyaman menimba ilmu di Ponpes tersebut.
Pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan Melati (16) –bukan nama sebenarnya-- yang sangat tertutup bahkan takut diajak berbicara. Disebutkan Melati, bahwa di Ponpes tersebut laki-laki atau santriawan menempati lantai bawah dan perempuan atau santriwati di lantai atas. Selain santri laki-laki disana juga ditinggali oleh pengurus laki-laki.
EmoticonEmoticon