>> Sambungan
Di tanah suci wajah maduku dinda seperti hantu yang terus membuntutiku,selama ini aku menjadi madu yang terjahat bagi dirinya,aku tidak bisa menjadi penopang yang membuat dia nyaman ,selalu saja kusakiti hatinya,sungguh hatinya penuh dengan goresan-goresan luka yang menyayat,sekali lagi dia tidak pernah membalas ,dia hanya diam, diam dan diam.
Apalagi akhir-akhir ini suami juga jarang sekali memperhatikan maduku dinda.
aku berhujjah agar bisa membantu perekonomian keluarga dia. sebetulnya suamiku enggan untuk menikah lagi,dua sudah cukup baginya,tapi aku terus memaksa suami ku untuk menikahi lirna ini. Dari dulu suamiku tidak pern
Apakah dia protes dengan kelakuan kami? tidak sahabat! maduku adalah seorang wanita yang shalihah yang selalu membawa kemaslahatan bagi keluarga kami.
Maduku dinda, kurus badan nya tidak seperti aku dan maduku dek lirna,mungkin terlalu banyak melakukan pekerjaan rumah sementara dia rajin puasa sunnah.
Asal kalian tahu,nafkah yang di berikan suami itu separuh nya untuk aku dan maduku dek lirna, maduku dinda selalu bilang uang nya lebih dari cukup sebab kebutuhan tidak banyak,tidak ada anak,belum lagi dia juga dapat bayaran dari mengajar dimajlis ta’lim kami. aku dan maduku dek lirna bahagia menerima uang nafkah itu.
Waktu itu ketika kami pulang dari tanah suci, aku dapat kabar kalau ibu {maduku dinda} wafat.
Aku menyarankan agar dinda maduku mengabarkan hal ini pada suami {supaya kita bisa bareng-bareng ta’ziyah},namun dinda maduku tidak mau, dia bilang.” Setiap yang bernyawa pasti akan mati.
hari ini adalah hari istimewa kalian bertiga, pasti kalian sangat bahagia,dan lagi pula kalian juga capek,tidak mungkin aku mengabarkan hari duka keluargaku dihari bahagia ini,cukup do’a yang akan menyertai perjalanan ibu ku ke alam keabadian.” aku nangis mendengar jawaban dinda maduku yang sungguh tegar itu.
Saat itu ketika maduku dek lirna melahirkan disusul kemudian aku juga melahirkan, wahhh dinda maduku sangat sibuk sekali mondar-mandir kesana -kemari,memenuhi setiap kebutuhan kami,juga membersihkan apa-apa yang kotor dirumah kami,betapa capeknya aku membayangkan,belum lagi dia juga harus mengajar.
Asal kalian tahu,nafkah yang di berikan suami itu separuh nya untuk aku dan maduku dek lirna, maduku dinda selalu bilang uang nya lebih dari cukup sebab kebutuhan tidak banyak,tidak ada anak,belum lagi dia juga dapat bayaran dari mengajar dimajlis ta’lim kami. aku dan maduku dek lirna bahagia menerima uang nafkah itu.
Waktu itu ketika kami pulang dari tanah suci, aku dapat kabar kalau ibu {maduku dinda} wafat.
Aku menyarankan agar dinda maduku mengabarkan hal ini pada suami {supaya kita bisa bareng-bareng ta’ziyah},namun dinda maduku tidak mau, dia bilang.” Setiap yang bernyawa pasti akan mati.
hari ini adalah hari istimewa kalian bertiga, pasti kalian sangat bahagia,dan lagi pula kalian juga capek,tidak mungkin aku mengabarkan hari duka keluargaku dihari bahagia ini,cukup do’a yang akan menyertai perjalanan ibu ku ke alam keabadian.” aku nangis mendengar jawaban dinda maduku yang sungguh tegar itu.
Saat itu ketika maduku dek lirna melahirkan disusul kemudian aku juga melahirkan, wahhh dinda maduku sangat sibuk sekali mondar-mandir kesana -kemari,memenuhi setiap kebutuhan kami,juga membersihkan apa-apa yang kotor dirumah kami,betapa capeknya aku membayangkan,belum lagi dia juga harus mengajar.
EmoticonEmoticon