>> Sambungan
“Barakallahuu lakumaa wabarah ‘alaikuma wajama’aa bainakumaa fii khair, abi ,dek lirna semoga menjadi pernikahan yang sakinah mawaddah warahmah, Amin Ya Rabb,” kata-kata ini yang muncul dari mulut maduku.
senyum dibibir nya menambah keindahan wajahnya,gemulai cara dia berjalan seperti tiada rasa benci, madu ku ridha dengan pernikahan suami.
seharusnya aku banyak berteladan pada maduku,tentang keikhlasan dan kesabaran. tapi tidak, waktu itu, aku benar-benar benci dia,dan benci ini selalu aku tutupi. Malam itu ketika acara resepsi pernikahan suamiku dengan dek lirnah selesai dan juga para tamu undangan sudah pulang.
Maduku dinda menghampiri aku,memberitahu bahwa bapak nya meninggal dunia, dengan lembut aku berkata.
” Dinda malam ini adalah malam bahagia Abi dengan madu kita dek lirnah, tegakah kita akan merusak malam yang indah ini bagi mereka, dinda sabar ya… tunggu sampai tiga hari,nanti kita sama-sama kasih tahu Abi, sabar ya,,semoga Allah meridhai segala amal perbuatan semasa hidup bapak . amin ya Rabb.”
“hah betapa aku sangat bahagia,ketika melihat air mata menetes dari pelupuk mata maduku itu,aku tahu hatinya sangat pedih melihat suami yang nikah lagi tanpa pemberitahuan terlebih dulu,dan kini bapaknya meninggal dunia,sementara dia tidak bisa melihat jenazah nya. lengkap sudah kebahagiaan malam itu ,aku sangat puas menyakiti maduku,.
Namun…Ketawadhu’an dan kesabaran itu selalu bersama maduku dinda,diantara istri-istri suamiku hanya maduku dinda ini yang sibuk
mengurus rumah tangga kami,seperti bersih-bersih rumah,nyuci baju,pokoknya sama persis dengan seorang pembantu, hanya saja dia tidak pandai memasak seperti aku dan maduku dek lirna.
Suamiku sepertinya juga tidak seperduli dulu sama dia,hmmmm betapa aku adalah wanita yang beruntung bisa mengambil simpati suamiku.
“hah betapa aku sangat bahagia,ketika melihat air mata menetes dari pelupuk mata maduku itu,aku tahu hatinya sangat pedih melihat suami yang nikah lagi tanpa pemberitahuan terlebih dulu,dan kini bapaknya meninggal dunia,sementara dia tidak bisa melihat jenazah nya. lengkap sudah kebahagiaan malam itu ,aku sangat puas menyakiti maduku,.
Namun…Ketawadhu’an dan kesabaran itu selalu bersama maduku dinda,diantara istri-istri suamiku hanya maduku dinda ini yang sibuk
mengurus rumah tangga kami,seperti bersih-bersih rumah,nyuci baju,pokoknya sama persis dengan seorang pembantu, hanya saja dia tidak pandai memasak seperti aku dan maduku dek lirna.
Suamiku sepertinya juga tidak seperduli dulu sama dia,hmmmm betapa aku adalah wanita yang beruntung bisa mengambil simpati suamiku.
EmoticonEmoticon