“Sekarang saya tidak sanggup kerja lain karena kondisi sudah tua. Paling mengkukur kelapa orang lain, satu hari dapat Rp 5.000, karena satu hari paling 30 kelapa sanggup saya kukur,” katanya.
Rumah gubuk berukuran 2x3 meter itu terbuat dari dinding daun kelapa dan atap rumbia. Kondisi sebagian atap dan dinding telah lama rusak dan terbuka. Akibatnya saat musim hujan, Kakek Samidan terpaksa tidur dalam keadaan basah kuyup dan kedinginan.
“Kalau hujan basah, karena atap dan dinding sudah banyak bocor, mau saya perbaiki tidak ada biaya. Saya berharap ada bantuan untuk memperbaiki rumah, karena kalau hujan basah,” harapnya.
Kakek Samidan bercerita, beberapa tahun lalu didatangi orang yang dikiranya dari pemerintah. Orang itu meminta uang Rp 500.000 untuk pengurusan rumah bantuan untuknya. Namun setelah uang diberikan rumahnya tak kunjung diperbaiki.
“Dulu ada datang orang diminta uang Rp 500.000 untuk biaya pengurusan rumah. Tapi sampai sekarang tidak kembali, malah KTP saya yang asli tidak dikembalikan lagi,” ujarnya.
EmoticonEmoticon