Seketika ruangan menjadi wangi. Sulit menuliskan seperti apa wanginya, namun yang jelas bukan wangi melati.
Aku mencoba melihat perawat itu dengan lebih fokus, dan tampak ia berbeda dari perawat yang lainnya. Rambutnya berwarna pirang.
Perawat itu tersenyum padaku, dan tanpa sadar akupun tersenyum padanya.
Ia datang menghampiriku. Suasana lebih terasa dingin dan lebih tajam bau wangi-wangian itu.
“Besok bapak sudah boleh pulang kan?” tanya perawat itu.
“Saya belum tahu sus, dokternya tadi gak bilang apa-apa” jawabku yang memang belum tahu.
“Iya besok dokternya akan infokan kok” jawabnya dengan logat yang kaku.
Aku pun hanya tersenyum dan bersyukur dalam hati kalau memang besok sudah boleh pulang.
Perawat itu menatapku tajam sambil tersenyum. Aku yang “GeeR” di tatap seperti itu hanya bisa tersipu malu sambil cengengesan. Kalau tidak sakit mungkin aku sudah salto-salto karena “GeeR”.
Tapi ada sesuatu dalam hatiku yang membuat diriku penasaran dengan sosok perawat itu. Aku juga tidak menyangka akan dikunjungi oleh perawat belanda atau perawat asing itu.
“Kita pindah ruangan ya pak”ujar perawat itu.
“Oh iya sus” jawabku dengan polos dan sangat percaya.
Iya pun melepas rem roda ranjangku dan membawa infus serta mendorong ranjangku keluar ruangan.
Ketika mendorong ranjangku, perawat itu tidak melihat jalan melainkan terus menatapku sambil tersenyum.
Aku jadi semakin “GeeR” dan lagi-lagi cuma bisa tersenyum malu.
Dan Eng..Ing..Eng… aku mulai merasa aneh. Jalan yang aku lalui mulai remang-remang alias kurang terang. Suasana pun sangat sepi.
“Mau di bawa kemana hubungan ini eh diriku ini maksudnya. Tapi aku tetap diam dan percaya sama perawat belanda itu.
“Ciiittt” perawat itu menghentikan laju ranjangku.
“Tunggu di sini dulu ya pak” ujar perawat itu sambil berlalu tanpa lupa tetap tersenyum padaku.
Perawat itu pun masuk ke sebuah ruangan yang ada di samping kanan atas kepalaku. Aku hanya bisa diam terbaring sambil melihat bagian langi-langit rumah sakit yang terdapat beberapa cicak.
Kurang lebih 15 menit aku disitu tetapi perawat itu tidak kembali. Aku juga melihat kiri kanan tetapi sangat sepi sekali.
Aku coba melihat ke arah ruangan perawat tadi masuk. Dan tahukah anda apa yang aku lihat?
Aku melihat sebuah tulisan yang sangat menyayat hatiku. Kurang lebih tulisannya adalah “Kamar Mayat”.
Sontak aku shock setengah mati. “Tolooooooong….Tolooooong” aku berteriak-teriak tetapi tidak ada yang datang.
Karena takut udah diujung kepala, akupun memaksa diri untuk bangun dan turun dari ranjang. Tangan kiri memegang tiang infus dan tangan kanan mendorong ranjang (aku juga tidak tahu kenapa aku mau menyelamatkan ranjang itu).
Aku berjalan mendorong ranjang sambil teriak-teriak “tolooooong….”.
Seketika itu ada seorang perawat yang menghampiriku, aku sempat shock juga melihat perawat itu. namun setelah aku perhatikan rambutnya tidak pirang aku jadi lega.
Aku berusaha menceritakan semua kejadian yang aku alami. Dan perawat itu mengaku kalau dirumah sakit itu semua karyawan hingga pemiliknya pun asli orang indonesia bukan orang asing.
Percaya atau tidak, aku sangat sadar dan bukan mimpi saat dipindahkan tadi. Dan keesokan harinya dokter memperbolehkan aku untuk pulang namun masih rawat jalan.
EmoticonEmoticon