Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk bertanya pada wanita itu kenapa ia demikian semangat membersihkan dedaunan itu.
Wanita tua itu ingin menerangkan penyebabnya dengan dua prasyarat : pertama, cuma Kiai yang mendengarkan rahasianya ; ke-2, rahasia itu tak boleh disebarkan saat ia masih hidup.
Saat ini ia sudah meniggal dunia, dan Anda bisa mendengarkan rahasia itu. " Saya ini wanita bodoh, pak Kiai, " katanya.
" Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tak benar saya lakukan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad
Setiap saat saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat pada Rasulullah. Nantinya bila saya mati, saya menginginkan Kanjeng Nabi menjemput saya.
Biarkanlah semua daun itu bersaksi kalau saya membacakan salawat padanya. " Cerita ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding.
Wanita tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus.
Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, serta terbatasnya amal di hadapan Alloh swt.
Lebih dari itu, ia juga mempunyai kesadaran spiritual yang mulia : Ia tidak bisa memercayakan amalnya. Ia begitu tergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
Lebih dari itu, ia juga mempunyai kesadaran spiritual yang mulia : Ia tidak bisa memercayakan amalnya. Ia begitu tergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
EmoticonEmoticon